- ASN Tarakan Diingatkan, Jabatan Bisa Hilang Jika Langgar Aturan
- DPRD Nunukan Desak PLBN Sebatik Segera Difungsikan, Warga Keluhkan Mobilitas Terhambat
- APINDO Kaltara Dukung Kompetisi Mahasiswa UBT dan Siapkan MoU Program UMKM Kampus Merdeka
- Pj Sekda Kaltara: Konsep Pajak Kampung Halaman Jepang Bisa Jadi Inspirasi untuk Tingkatkan PAD
- Job Fair 2025 di Nunukan Kaltara Hadirkan 16 Perusahaan, Sediakan 260 Lowongan Kerja
- DPMPTSP Kaltara dan Nunukan Dorong Kepatuhan Dunia Usaha
- Tarakan Kehilangan Program Pelatihan Kerja, Efisiensi Anggaran Jadi Penyebab
- 144 Penyakit Tak Bisa Ditangani di IGD, RSUD Tarakan Soroti Kesiapan Puskesmas
- Layanan Air Bersih Jadi Sorotan, DPRD Tarakan Tekankan Perbaikan PDAM
- Bangunan Pasar Buah di Tanjung Selor Belum Ditempati, Pemkab Cari Solusi
Pidato Prabowo di PBB: Antara Harapan Besar dan Ujian Diplomasi Indonesia
apakah benar-benar membawa semangat politik luar negeri bebas-aktif, atau sekadar kompromi dalam tarik-menarik kepentingan global

Keterangan Gambar : Presiden Prabowo Subianto melambaikan tangan dari atas Pesawat Kepresidenan sebelum bertolak di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/9/2025). Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan pidato pada sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York serta melakukan kunjungan kenegaraan ke Jepang, Kanada dan Belanda
NEW YORK – Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 menjadi sorotan publik, baik di dalam negeri maupun dunia internasional. Bagi Indonesia, panggung PBB bukan sekadar forum diplomasi, melainkan simbol penting bagi peran negara dalam percaturan global.
Momentum ini menjadi ujian pertama bagi Prabowo, yang baru setahun menjabat sebagai presiden. Publik berharap ia mampu menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai negara dengan politik luar negeri bebas-aktif, sekaligus membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi penonton di tengah dinamika geopolitik yang kian rapuh.
Indonesia memiliki tradisi panjang sebagai pengusung perdamaian dunia, mulai dari Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 hingga kiprah di Gerakan Non-Blok. Pidato Prabowo di PBB diharapkan mampu menghidupkan kembali semangat itu, khususnya di tengah polarisasi global dan surutnya kepercayaan terhadap multilateralisme.
Baca Lainnya :
- Ormas Tarakan Sukseskan Maulid Nabi di Masjid Baitul Izzah Tarakan0
- Kementerian Haji dan Umrah Resmi Berlaku 2026, Tarakan Masih Tunggu Instruksi0
- Bupati Ibrahim Ali: Jargas Membantu Rumah Tangga dan Kurangi Ketergantungan Elpiji0
- Perketat Imigrasi, Trump Terapkan Biaya Selangit untuk Pemohon Visa H-1B0
- Kerja Sama Penjaminan Proyek, Tana Tidung Siap Percepat Pembangunan0
Namun, harapan besar selalu diiringi ujian. Dunia akan menilai apakah pidato Prabowo sekadar retorika, atau benar-benar ditopang kebijakan luar negeri yang konsisten.
Tidak ada isu yang lebih menguji kredibilitas Indonesia selain Palestina. Sejak era Bung Karno, Indonesia teguh mendukung kemerdekaan Palestina. Pidato Prabowo dinanti untuk melihat apakah Indonesia tetap konsisten di garis itu, atau hanya mengulang sikap moral tanpa langkah diplomasi nyata.
Dunia Arab, negara-negara Islam, hingga gerakan solidaritas internasional menunggu apakah Indonesia berani mendorong resolusi lebih tegas di PBB atau sekadar mengulang pernyataan normatif.
Selain isu politik, dunia juga menanti sikap Indonesia terhadap ketidakadilan ekonomi global. Negara-negara berkembang menghadapi beban utang, krisis pangan, dan keterbatasan akses kesehatan, sementara negara maju pulih lebih cepat dari krisis.
Sebagai anggota G20 dan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki modal besar untuk menyuarakan reformasi lembaga keuangan internasional. Namun, sekali lagi, pertanyaan kuncinya adalah: apakah pidato Prabowo akan berlanjut dalam aksi nyata?