- BI Prediksi Ekonomi Kaltara 2025 Tumbuh Lebih Tinggi
- Kasus Dugaan Penipuan Mandek, Penasehat Hukum Warga Krayan Kritik Kinerja Polres Nunukan
- UMKM Padati Pendaftaran Stand Festival Budaya IRAU Malinau 2025
- Polisi Nunukan Klarifikasi Isu Oknum Kasus Narkoba Bebas Berkeliaran
- Puskesmas Karang Rejo Dorong Deteksi Dini Penyakit Lewat Layanan Gratis
- Mayoritas ODGJ di Tarakan Diduga Berasal dari Luar Daerah
- Gubernur Kaltara Tekankan Peran Strategis Penghulu Bagi Masyarakat
- Pemkab Tana Tidung Ajak Orang Tua Perkuat Peran Cegah Judi Online
- Mahasiswa UBT Suarakan Tuntutan 17+8, Desak Transparansi DPRD dan Reformasi Polri
- Akses Modal Diperluas, Pemkab Nunukan Dorong UMKM Naik Kelas
Kawasan Konservasi Mangrove Tarakan: Warisan Alam yang Menanti Uluran Tangan
Dulu jadi kebanggaan nasional, kini Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di Tarakan perlahan kehilangan pamor akibat minimnya perawatan dan perhatian pemerintah.

Keterangan Gambar : Bekantan Mangrove Tarakan
TARAKAN – Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di jantung Kota Tarakan, yang pernah menjadi ikon wisata alam Kalimantan Utara, kini mengalami kemunduran. Kawasan seluas 21 hektare itu dulu ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara, namun kini sunyi, tertinggal oleh zaman dan perhatian.
Bangunan yang dulunya kokoh kini memudar. Jembatan kayu lapuk, fasilitas rusak, dan area yang mulai ditinggalkan menyampaikan satu pesan: KKMB butuh perhatian. Sejumlah pihak mempertanyakan, mengapa salah satu aset wisata terbesar Tarakan ini terkesan dibiarkan?
Padahal, KKMB menyimpan kekayaan biodiversitas yang tak ternilai, termasuk populasi bekantan—primata endemik Kalimantan yang kini makin langka. Kawasan ini pernah dikunjungi peneliti dari luar negeri, bahkan menjadi lokasi riset ekologi yang mendunia. Turis asing dari Jepang, Belanda, hingga Eropa Tenggara pernah menginjakkan kaki di tanah basah KKMB, kagum dengan ekosistem mangrove yang hidup berdampingan dengan kota.
Baca Lainnya :
- Distribusi Logistik PELNI Turunkan Harga Sembako di Daerah 3TP Hingga 48 Persen0
- 2 Kg Sabu dan Puluhan Ekstasi Dimusnahkan, Polres Tarakan Tingkatkan Pengawasan0
- PKS Tarakan Dorong Pemerataan Informasi Pajak dan Pembangunan0
- Dukung Pendidikan Perbatasan, Pemkab Nunukan Salurkan Beasiswa Rp7,1 Miliar0
- Jaga Generasi Muda, Kapolda Dukung Pendidikan dan Keamanan di Malinau0
Namun kini, pesonanya perlahan pudar.
Mereka yang masih bertahan di KKMB—para petugas dan warga sekitar—menjadi garda terakhir pelestarian. Mereka merawat kawasan ini sebaik mungkin, dengan alat seadanya dan dukungan terbatas. Dari memberi makan bekantan, membersihkan area, hingga memperbaiki fasilitas yang rusak, semua dilakukan dengan semangat gotong royong.
Meski kunjungan wisatawan belum sepenuhnya hilang, tren penurunan terus terjadi. Hal ini menyulitkan KKMB untuk mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagaimana mestinya. Padahal, kawasan ini berpotensi menjadi destinasi edukasi dan konservasi unggulan, serta paru-paru kota di tengah aktivitas industri dan urbanisasi.
Masalah hukum dan kepemilikan lahan memang masih menjadi hambatan, namun itu bukan alasan untuk berhenti. Pemerintah kota dan provinsi perlu menyatukan langkah, menyelesaikan sengketa administratif, dan memberi perhatian nyata—bukan sekadar wacana.
Jika dikelola dengan baik, KKMB bukan hanya bisa bangkit, tetapi juga melampaui masa kejayaannya terdahulu.