- BI Prediksi Ekonomi Kaltara 2025 Tumbuh Lebih Tinggi
- Kasus Dugaan Penipuan Mandek, Penasehat Hukum Warga Krayan Kritik Kinerja Polres Nunukan
- UMKM Padati Pendaftaran Stand Festival Budaya IRAU Malinau 2025
- Polisi Nunukan Klarifikasi Isu Oknum Kasus Narkoba Bebas Berkeliaran
- Puskesmas Karang Rejo Dorong Deteksi Dini Penyakit Lewat Layanan Gratis
- Mayoritas ODGJ di Tarakan Diduga Berasal dari Luar Daerah
- Gubernur Kaltara Tekankan Peran Strategis Penghulu Bagi Masyarakat
- Pemkab Tana Tidung Ajak Orang Tua Perkuat Peran Cegah Judi Online
- Mahasiswa UBT Suarakan Tuntutan 17+8, Desak Transparansi DPRD dan Reformasi Polri
- Akses Modal Diperluas, Pemkab Nunukan Dorong UMKM Naik Kelas
Rupiah Tertekan, Pasar Resah Usai Sri Mulyani Lengser dari Kemenkeu
Penguatan tipis rupiah dibayangi gejolak global dan pergantian Menkeu

JAKARTA – Nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat tipis pada perdagangan Rabu (10/9/2025), namun sentimen politik dan ekonomi global serta dinamika dalam negeri membuat pergerakannya berpotensi melemah. Rupiah dibuka di level Rp16.466 per dolar Amerika Serikat (AS), naik tipis 0,10 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.482 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan kondisi global tengah dipenuhi ketidakpastian. Dari Eropa, mundurnya Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou usai kehilangan mosi kepercayaan memberi tekanan terhadap pasar. Di Asia, Jepang juga mengalami gejolak usai PM Shigeru Ishiba melepaskan jabatannya.
Selain itu, ancaman sanksi baru dari AS terhadap Rusia pascaserangan di Moskow, membuat pelaku pasar beralih ke aset aman seperti emas batangan. “Sementara data tenaga kerja AS juga menunjukkan pelemahan, dengan penciptaan lapangan kerja baru pada Agustus hampir tidak ada,” ungkap Ibrahim.
Baca Lainnya :
- Nelayan Tana Tidung Dapat Akses BBM Subsidi Lewat Aplikasi XSTAR0
- Nelayan Tana Tidung Terjepit Polemik BBM, DPPP Upayakan Akses Lebih Adil Lewat Aplikasi0
- Dana Transfer Daerah Dipangkas, Layanan Dasar Jadi Fokus Utama Bulungan0
- Sri Mulyani Digantikan, IHSG Langsung Merah 1,28 Persen0
- Merger Multifinance Kian Marak, Efisiensi Jadi Jawaban Lesunya Daya Beli0
Pasar kini menunggu keputusan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan depan. Mayoritas pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin mencapai hampir 90 persen. Meski demikian, The Fed tetap berhati-hati terhadap inflasi yang masih tinggi, terutama akibat tarif perdagangan yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Data inflasi AS untuk Agustus 2025 yang akan dirilis pekan ini menjadi perhatian utama, mengingat tarif baru mulai berlaku sejak bulan lalu.
Dari dalam negeri, pencopotan Sri Mulyani Indrawati dari kursi Menteri Keuangan menjadi sorotan besar. Posisinya kini digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Kabar pergantian ini sempat beredar sebelumnya, namun pengumuman resmi tetap mengejutkan pelaku pasar.
Menurut Ibrahim, Sri Mulyani dipandang sebagai figur stabilitas bagi investor. “Beliau selalu menjadi jangkar kepercayaan, mulai dari krisis rupiah 2018 hingga pandemi Covid-19. Kepergiannya menimbulkan keraguan atas arah fiskal di bawah pemerintahan baru,” ujarnya.
Reaksi pasar langsung terlihat. Arus keluar modal asing dari pasar saham tercatat USD254 juta hanya dalam empat hari pertama September, sementara penjualan obligasi lebih besar lagi.
Dengan kondisi ini, rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di rentang Rp16.480 hingga Rp16.540 per dolar AS sepanjang hari.
“Rupiah memang sempat menguat saat pembukaan, namun tekanan sentimen politik dan capital outflow berpotensi membuatnya kembali tertekan,” tutup Ibrahim.
(*)
Penulis : Budiman