Merger Multifinance Kian Marak, Efisiensi Jadi Jawaban Lesunya Daya Beli
Fenomena Rohana dan Rojali

By Saldy Wahyudi Zain 09 Sep 2025, 10:09:32 WITA Opini
Merger Multifinance Kian Marak, Efisiensi Jadi Jawaban Lesunya Daya Beli

Keterangan Gambar : Mall makin ramai, tapi belanja makin sepi. Jangan-jangan kamu termasuk Rojali atau Rohana? Yuk, kenali fenomena viral ini yang lagi bikin heboh dunia maya dan pusat perbelanjaan! (Foto/Facebook/Sean Alfarez)


JAKARTA – Industri pembiayaan (multifinance) sedang menghadapi tantangan berat akibat melemahnya daya beli masyarakat. Fenomena populer “Rohana” (Rombongan Hanya Nanya) dan “Rojali” (Rombongan Jarang Beli) menjadi gambaran nyata bagaimana konsumen kini lebih banyak melakukan survei tanpa realisasi pembelian, atau bahkan menunda konsumsi karena tekanan ekonomi.

Dampaknya, pertumbuhan pembiayaan melambat signifikan. Kondisi ini mendorong sejumlah perusahaan multifinance untuk mencari strategi bertahan, salah satunya dengan melakukan konsolidasi melalui merger.

Merger Jadi Strategi Rasional

Sepanjang 2025, tren merger di sektor multifinance semakin menguat. Langkah ini dinilai sebagai strategi efisiensi yang mampu memperkuat struktur permodalan, memperluas jaringan usaha, sekaligus menekan beban operasional yang kian tinggi.

Dengan bergabung, perusahaan dapat berbagi sumber daya, memperkuat daya saing, serta menghadapi penurunan margin keuntungan yang terjadi akibat rendahnya minat pembiayaan.

Baca Lainnya :

Adaptasi Model Bisnis

Fenomena “Rohana-Rojali” bukan sekadar istilah populer, melainkan sinyal kuat perubahan perilaku konsumen. Masyarakat kini lebih berhati-hati dalam mengambil kredit maupun melakukan pembelian besar. Karena itu, pelaku multifinance dituntut untuk beradaptasi, termasuk mengkaji ulang model bisnis, memperkuat digitalisasi layanan, dan menjalin sinergi lintas perusahaan.

Harapan ke Depan

Meski tantangan masih membayangi, para pelaku industri tetap optimistis. Konsolidasi melalui merger diharapkan mampu membuka peluang baru, baik dari sisi efisiensi maupun penetrasi pasar.

Di sisi lain, dukungan regulator juga dinilai penting agar tercipta iklim usaha yang sehat. Kebijakan yang mendorong transformasi digital dan menjaga stabilitas pasar akan menjadi kunci agar industri pembiayaan tetap relevan menghadapi perubahan perilaku konsumen.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment