- BI Prediksi Ekonomi Kaltara 2025 Tumbuh Lebih Tinggi
- Kasus Dugaan Penipuan Mandek, Penasehat Hukum Warga Krayan Kritik Kinerja Polres Nunukan
- UMKM Padati Pendaftaran Stand Festival Budaya IRAU Malinau 2025
- Polisi Nunukan Klarifikasi Isu Oknum Kasus Narkoba Bebas Berkeliaran
- Puskesmas Karang Rejo Dorong Deteksi Dini Penyakit Lewat Layanan Gratis
- Mayoritas ODGJ di Tarakan Diduga Berasal dari Luar Daerah
- Gubernur Kaltara Tekankan Peran Strategis Penghulu Bagi Masyarakat
- Pemkab Tana Tidung Ajak Orang Tua Perkuat Peran Cegah Judi Online
- Mahasiswa UBT Suarakan Tuntutan 17+8, Desak Transparansi DPRD dan Reformasi Polri
- Akses Modal Diperluas, Pemkab Nunukan Dorong UMKM Naik Kelas
Siswa Sembakung Harus Menyusuri Sungai hingga 2 Jam dengan Ketinting demi Sekolah
Keterbatasan kuota sekolah dan sulitnya akses transportasi membuat puluhan anak di pedalaman Nunukan terancam putus sekolah.

Keterangan Gambar : MENUJU SEKOLAH – Sejumlah siswa SD di wilayah perbatasan Nunukan, Kaltara, menempuh perjalanan sungai menggunakan perahu ketinting demi bisa belajar setiap hari.
NUNUKAN – Setiap pagi, suara mesin ketinting memecah kesunyian Sungai Sembakung. Di atas perahu kayu sempit itu, belasan anak berseragam putih merah berangkat sekolah dengan tas di punggung, menempuh perjalanan berjam-jam melawan arus sungai.
Bukan menuju sekolah di kampung sendiri, melainkan ke Desa Tagul yang jaraknya bisa ditempuh hingga dua jam. Biaya transportasinya pun tak murah—Rp50 ribu per anak setiap hari, angka yang memberatkan keluarga petani dan nelayan di wilayah perbatasan ini.
Kepala SDN 002 Sembakung, Ardiansyah, mengaku prihatin terhadap kondisi ini. Menurutnya, ada 26 lulusan SD dari Desa Manuk Bungkul dan Desa Lubakan yang tak bisa melanjutkan ke SMPN 1 Sembakung karena keterbatasan kuota penerimaan siswa baru.
Baca Lainnya :
- Gubernur Kaltara Desak Pemulihan Status Internasional Bandara Juwata Tarakan untuk Dukung Ekspor0
- Bupati Syarwani Dorong Kades dan Lurah Aktif Gali Potensi PAD Bulungan0
- Hanya 27,98 Persen, Partisipasi Kuliah di Kaltara Tertinggal dari Rata-Rata Global0
- Polresta Bulungan & Polsek Jajaran Hidupkan Semangat Kemerdekaan Lewat Pembagian Bendera Merah Putih0
- Bupati Malinau Pacu Penetapan RDTR Long Nawang Demi Majukan Perbatasan0
“Data pokok pendidikan (Dapodik) hanya memuat 64 siswa dari empat SD yang diusulkan sejak awal. Sementara perubahan kuota belum disetujui Kemendikdasmen,” jelas Ardiansyah, Selasa (12/8/2025).
Pilihan Transportasi Mahal dan Berisiko
Alternatif terdekat bagi anak-anak itu adalah SMPN 5 Sembakung di Desa Tagul. Namun, untuk mencapainya mereka harus menggunakan perahu ketinting. Perjalanan dari Desa Lubakan memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan dari Manuk Bungkul bisa mencapai dua jam.
Selain mahal, perjalanan sungai juga penuh risiko, terlebih di musim hujan ketika arus deras dan batang pohon hanyut kerap mengancam keselamatan.
Solusi: Tambah Rombongan Belajar
Ardiansyah menilai penambahan satu rombongan belajar (Rombel) di SMPN 1 Sembakung bisa menjadi jalan keluar. Saat ini sekolah tersebut memiliki tujuh Rombel dari kelas VII sampai IX, namun satu ruang kelas VII dialihfungsikan menjadi perpustakaan.
Fasilitas Sekolah Masih Memprihatinkan
SDN 002 Sembakung sendiri masih kekurangan fasilitas. Sebagian meja dan kursi merupakan pinjaman dari sekolah lain yang diperbaiki guru secara swadaya.
Bencana banjir besar pada 2023 memperparah keadaan. Buku-buku perpustakaan rusak, dan 50 unit laptop bantuan kementerian hilang terbawa arus saat dipinjamkan kepada siswa untuk pembelajaran daring.
“Kami di perbatasan hanya ingin fasilitas yang setara dengan sekolah di perkotaan. Laboratorium komputer ada, tapi perangkatnya kosong. Dana BOS tidak cukup untuk melengkapi, paling hanya mampu membeli satu laptop saja,” keluh Ardiansyah.
Meski penuh keterbatasan, semangat para siswa dan guru di pedalaman Sembakung tak surut. Mereka terus berjuang agar pendidikan tetap berjalan, meski harus menantang derasnya arus sungai setiap hari.