Siswa Sembakung Harus Menyusuri Sungai hingga 2 Jam dengan Ketinting demi Sekolah
Keterbatasan kuota sekolah dan sulitnya akses transportasi membuat puluhan anak di pedalaman Nunukan terancam putus sekolah.

By Budiman 12 Agu 2025, 13:37:56 WITA Nunukan
Siswa Sembakung Harus Menyusuri Sungai hingga 2 Jam dengan Ketinting demi Sekolah

Keterangan Gambar : MENUJU SEKOLAH – Sejumlah siswa SD di wilayah perbatasan Nunukan, Kaltara, menempuh perjalanan sungai menggunakan perahu ketinting demi bisa belajar setiap hari.


NUNUKAN – Setiap pagi, suara mesin ketinting memecah kesunyian Sungai Sembakung. Di atas perahu kayu sempit itu, belasan anak berseragam putih merah berangkat sekolah dengan tas di punggung, menempuh perjalanan berjam-jam melawan arus sungai.

Bukan menuju sekolah di kampung sendiri, melainkan ke Desa Tagul yang jaraknya bisa ditempuh hingga dua jam. Biaya transportasinya pun tak murah—Rp50 ribu per anak setiap hari, angka yang memberatkan keluarga petani dan nelayan di wilayah perbatasan ini.

Kepala SDN 002 Sembakung, Ardiansyah, mengaku prihatin terhadap kondisi ini. Menurutnya, ada 26 lulusan SD dari Desa Manuk Bungkul dan Desa Lubakan yang tak bisa melanjutkan ke SMPN 1 Sembakung karena keterbatasan kuota penerimaan siswa baru.

Baca Lainnya :

“Data pokok pendidikan (Dapodik) hanya memuat 64 siswa dari empat SD yang diusulkan sejak awal. Sementara perubahan kuota belum disetujui Kemendikdasmen,” jelas Ardiansyah, Selasa (12/8/2025).

Pilihan Transportasi Mahal dan Berisiko
Alternatif terdekat bagi anak-anak itu adalah SMPN 5 Sembakung di Desa Tagul. Namun, untuk mencapainya mereka harus menggunakan perahu ketinting. Perjalanan dari Desa Lubakan memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan dari Manuk Bungkul bisa mencapai dua jam.

Selain mahal, perjalanan sungai juga penuh risiko, terlebih di musim hujan ketika arus deras dan batang pohon hanyut kerap mengancam keselamatan.

Solusi: Tambah Rombongan Belajar
Ardiansyah menilai penambahan satu rombongan belajar (Rombel) di SMPN 1 Sembakung bisa menjadi jalan keluar. Saat ini sekolah tersebut memiliki tujuh Rombel dari kelas VII sampai IX, namun satu ruang kelas VII dialihfungsikan menjadi perpustakaan.

Fasilitas Sekolah Masih Memprihatinkan
SDN 002 Sembakung sendiri masih kekurangan fasilitas. Sebagian meja dan kursi merupakan pinjaman dari sekolah lain yang diperbaiki guru secara swadaya.

Bencana banjir besar pada 2023 memperparah keadaan. Buku-buku perpustakaan rusak, dan 50 unit laptop bantuan kementerian hilang terbawa arus saat dipinjamkan kepada siswa untuk pembelajaran daring.

“Kami di perbatasan hanya ingin fasilitas yang setara dengan sekolah di perkotaan. Laboratorium komputer ada, tapi perangkatnya kosong. Dana BOS tidak cukup untuk melengkapi, paling hanya mampu membeli satu laptop saja,” keluh Ardiansyah.

Meski penuh keterbatasan, semangat para siswa dan guru di pedalaman Sembakung tak surut. Mereka terus berjuang agar pendidikan tetap berjalan, meski harus menantang derasnya arus sungai setiap hari.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment