- BI Prediksi Ekonomi Kaltara 2025 Tumbuh Lebih Tinggi
- Kasus Dugaan Penipuan Mandek, Penasehat Hukum Warga Krayan Kritik Kinerja Polres Nunukan
- UMKM Padati Pendaftaran Stand Festival Budaya IRAU Malinau 2025
- Polisi Nunukan Klarifikasi Isu Oknum Kasus Narkoba Bebas Berkeliaran
- Puskesmas Karang Rejo Dorong Deteksi Dini Penyakit Lewat Layanan Gratis
- Mayoritas ODGJ di Tarakan Diduga Berasal dari Luar Daerah
- Gubernur Kaltara Tekankan Peran Strategis Penghulu Bagi Masyarakat
- Pemkab Tana Tidung Ajak Orang Tua Perkuat Peran Cegah Judi Online
- Mahasiswa UBT Suarakan Tuntutan 17+8, Desak Transparansi DPRD dan Reformasi Polri
- Akses Modal Diperluas, Pemkab Nunukan Dorong UMKM Naik Kelas
Ekonomi Kalimantan Utara Alami Pelambatan, Tapi Masih Tunjukkan Tren Positif
Perang Dagang, Ketegangan Geopolitik, dan Tekanan Domestik Warnai Proyeksi Pertumbuhan

Provinsi Kalimantan Utara diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat, meskipun masih berada pada jalur positif. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, yang juga merupakan pengamat ekonomi, Dr. Ana Sriekaningsih, S.E., S.Th., M.M.
Dr. Ana menjelaskan bahwa perlambatan ini tidak terjadi tanpa sebab. Beberapa faktor eksternal menjadi pemicu, seperti memanasnya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta ketegangan politik antara Iran dan Israel yang menciptakan ketidakstabilan ekonomi secara global dan turut berdampak hingga ke wilayah Kaltara.
Baca Lainnya :
Di sisi lain, kebijakan efisiensi anggaran di tingkat nasional turut memberikan tekanan tersendiri terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Tidak hanya itu, sejumlah tantangan lain seperti harga komoditas yang fluktuatif, berkurangnya investasi di daerah, hingga menurunnya daya beli masyarakat menjadi penyumbang utama perlambatan ini.
Meski begitu, Dr. Ana menilai bahwa daya beli masyarakat Kaltara masih relatif terjaga. Namun, ia mencatat adanya pergeseran pola konsumsi. Masyarakat kini lebih memfokuskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, sementara minat terhadap barang-barang sekunder dan tersier, seperti produk mewah, diperkirakan akan mengalami penurunan.
“Kondisi ekonomi global memang menantang, tetapi masyarakat Kaltara masih mampu menjaga stabilitas konsumsi pada kebutuhan dasar. Ini menjadi sinyal positif meskipun dengan catatan kewaspadaan,” ujarnya.